Probabilitas obyektif

Di sini Anda akan menemukan apa itu probabilitas objektif dan beberapa contoh probabilitas objektif. Selain itu, kami menjelaskan perbedaan antara probabilitas objektif dan probabilitas subjektif.

Apa yang dimaksud dengan probabilitas obyektif?

Probabilitas objektif adalah ukuran statistik yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa berdasarkan kriteria eksperimental atau objektif.

Sederhananya, probabilitas obyektif didasarkan pada pengumpulan data dan logika untuk menentukan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa.

Jadi, probabilitas obyektif selalu berupa angka antara 0 dan 1. Semakin besar kemungkinan terjadinya suatu peristiwa, semakin besar probabilitas obyektifnya, dan sebaliknya, semakin kecil kemungkinan terjadinya suatu peristiwa, semakin besar probabilitas obyektifnya lemah. .

Contoh Probabilitas Objektif

Setelah kita meninjau definisi probabilitas objektif, kita akan melihat dua contoh berbeda dari jenis probabilitas ini. Kami ingin Anda memahami dengan baik arti probabilitas objektif, jadi jika Anda memiliki pertanyaan, silakan tulis di komentar.

Melempar sebuah dadu

Probabilitas kejadian-kejadian yang mungkin terjadi ketika sebuah dadu dilempar dapat disimpulkan dengan menggunakan logika, jadi ini adalah contoh yang jelas dari probabilitas objektif.

Sebuah dadu mempunyai enam sisi dan satu-satunya perbedaan di antara keduanya adalah jumlah pada masing-masing sisinya. Jadi, misalnya kita ingin menghitung probabilitas obyektif untuk memperoleh angka 3, kita cukup membagi jumlah kasus yang menguntungkan (hanya ada satu sisi yang memiliki angka tiga) dengan jumlah total kemungkinan hasil (1, 2 , 3, 4, 5 dan 6):

P(\text{n\'umero 3})=\cfrac{1}{6}=0,1667

Jadi, secara obyektif, ketika kita melempar sebuah dadu, kita akan mendapatkan angka 3 satu kali dari enam, atau 16,67%. Logikanya, jika kita hanya melempar enam dadu, kita mungkin tidak akan mendapatkan angka 3 sama sekali, namun dalam jangka panjang, jika kita melempar banyak dadu, kita akan mendapatkan angka tersebut sekitar 16,67% dari keseluruhan.

Harus diingat bahwa dalam penghitungan probabilitas obyektif ini ada beberapa pertimbangan yang diperhitungkan, seperti fakta bahwa dadu tersebut tidak dipasang, bahwa semua sisinya persis sama, bahwa dadu tersebut tidak memiliki satu puncak pun yang lebih aus daripada dadu tersebut. yang lain, dll.

Tembakan penalti

Sebuah tim sepak bola profesional ingin mengetahui kemungkinan penembaknya akan mencetak gol. Untuk melakukan ini, dia menganalisis statistik pemain sepanjang musim yang dihabiskannya di klub, yaitu: 47 penalti diambil, termasuk 38 gol.

Jadi, dari data yang dikumpulkan, kita dapat memperoleh probabilitas obyektif bahwa pemain tersebut mencetak penalti atau gagal melakukannya. Untuk melakukan hal ini, kita membagi berapa kali peristiwa tersebut terjadi dengan jumlah total observasi:

P(\text{gol})=\cfrac{38}{47}=0,81

Kasus ini merupakan contoh lain dari probabilitas objektif karena nilai probabilitas didasarkan pada data statistik, yaitu fakta nyata, dan bukan pada hipotesis, intuisi, atau emosi pribadi.

Jenis probabilitas objektif

Untuk mempelajari lebih dalam konsep probabilitas objektif, perlu diperhatikan bahwa dua jenis probabilitas objektif dapat dibedakan: probabilitas teoretis dan probabilitas empiris.

Probabilitas teoretis didasarkan pada logika dan mempertimbangkan bahwa semua peristiwa yang mungkin terjadi memiliki kemungkinan yang sama. Misalnya, kasus pelemparan sebuah dadu yang kami analisis di atas sesuai dengan probabilitas teoretis, karena kami melakukan penghitungan menggunakan logika dan bukan hasil eksperimen.

Probabilitas empiris menghitung probabilitas objektif menggunakan data yang dikumpulkan selama percobaan. Penjelasan kasus penembakan penalti kedua adalah contoh probabilitas empiris, karena kita menghitung probabilitas obyektif dari statistik pemain.

Probabilitas obyektif dan subyektif

Perbedaan antara probabilitas objektif dan probabilitas subjektif terletak pada dasar masing-masing jenis probabilitas: probabilitas objektif didasarkan pada logika dan hasil eksperimen, sedangkan probabilitas subjektif didasarkan pada keahlian seorang ahli.

Misalnya, sangat sulit untuk menghitung probabilitas suatu rumah akan terjual dengan harga tertentu menggunakan model matematika, sehingga seseorang dengan banyak pengalaman di industri ini biasanya dipekerjakan untuk melakukan hal ini untuk Anda. membantu menjual rumah sebaik mungkin. harga. Dalam hal ini ahli menentukan kemungkinan penjualan berdasarkan pengetahuan dan penilaiannya, sehingga merupakan kemungkinan subjektif.

Jika Anda lebih tertarik, Anda dapat melihat lebih banyak contoh probabilitas jenis ini di sini:

Tambahkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *